Rabu, 30 November 2011 08:02 WIB
REPUBLIKA.CO.ID,KUTAI KARTANEGARA--Jumlah
korban jembatan Kartanegara terus bertambah. Hingga Selasa malam sudah
ditemukan 18 orang meninggal
''Hingga Selasa malam, sudah 18 korban meninggal yang ditemukan, '' kata Anggota DPRD Provinsi Kalimantan Timur Syarkowi V Zahri. Ia mengusulkan pembuatan prasasti bertuliskan nama para korban jiwa di sekitar runtuhnya Jembatan Kutai Kartanegara guna mengenang peristiwa itu agar tidak terulang.
Anggota DPRD Kaltim dari Daerah Pemilihan (Dapil) Kutai Kartanegara dan Kutai Barat yang ditemui di Posko Penanganan korban ini melanjutkan, musibah runtuhnya jembatan itu merupakan kelalaian, namun dia tidak dapat menyimpulkan kelalaian siapa, karena bisa merupakan kelalaian perencanaan, kelalaian konstruksi, maupun kelalaian saat pemeliharaan.
Pasalnya, katanya, hingga kini penyebab runtuhnya jembatan itu belum dapat dipastikan, karena masih dilakukan penyelidikan dari tim gabungan dari berbagai instansi.
Sedangkan kaitannya dengan pendirian prasasti itu, menurut dia, agar kelalaian itu tidak terulang lagi, sehingga ke depan pembangunan jembatan yang berfungsi untuk memperlancar arus angkutan orang dan barang yang menghubungkan Tenggarong-Samarinda itu dapat lebih kokoh lagi.
Sedangkan keberadaan Syarkowi di lokasi itu karena ada tiga organisasi yang di bawah kepemimpinannya turut membuka Posko Bencana.Tiga organisasi itu adalah Ikatan Keluarga Jawa (IKJ) Kukar, Pemuda Panca Marga (PPM) Kukar, dan Arek Malang (Arema) Kukar.
Menurutnya, tiga organisasi tersebut sejak hari pertama terjadinya bencana runtuhnya jembatan, langsung menurunkan perahu karet untuk membantu petugas dalam mengevakuasi para korban.
Pada hari pertama tersebut, paling tidak ada 10 orang yang langsung turut membantu tim penyelamat, sedangkan perahu karet yang dimilikinya baru satu unit, sehingga para relawan belum dapat sekaligus diturunkan ke Sungai Mahakam.
Namun demikian, puluhan relawan lainnya yang tergabung di tiga organisasi itu bertugas secara bergantian, hal ini dilakukan agar semua anak asuhannya bisa siap sedia dalam 24 jam.
Selain tim yang bertugas untuk bantuan penyelamatan dan evakuasi korban, dalam posko itu juga ada 10 orang khusus tukang masak. Ke-10 tukang masak tersebut juga bergantian dalam bertugas.
sumber : Kutaikartanegara.com
''Hingga Selasa malam, sudah 18 korban meninggal yang ditemukan, '' kata Anggota DPRD Provinsi Kalimantan Timur Syarkowi V Zahri. Ia mengusulkan pembuatan prasasti bertuliskan nama para korban jiwa di sekitar runtuhnya Jembatan Kutai Kartanegara guna mengenang peristiwa itu agar tidak terulang.
Anggota DPRD Kaltim dari Daerah Pemilihan (Dapil) Kutai Kartanegara dan Kutai Barat yang ditemui di Posko Penanganan korban ini melanjutkan, musibah runtuhnya jembatan itu merupakan kelalaian, namun dia tidak dapat menyimpulkan kelalaian siapa, karena bisa merupakan kelalaian perencanaan, kelalaian konstruksi, maupun kelalaian saat pemeliharaan.
Pasalnya, katanya, hingga kini penyebab runtuhnya jembatan itu belum dapat dipastikan, karena masih dilakukan penyelidikan dari tim gabungan dari berbagai instansi.
Sedangkan kaitannya dengan pendirian prasasti itu, menurut dia, agar kelalaian itu tidak terulang lagi, sehingga ke depan pembangunan jembatan yang berfungsi untuk memperlancar arus angkutan orang dan barang yang menghubungkan Tenggarong-Samarinda itu dapat lebih kokoh lagi.
Sedangkan keberadaan Syarkowi di lokasi itu karena ada tiga organisasi yang di bawah kepemimpinannya turut membuka Posko Bencana.Tiga organisasi itu adalah Ikatan Keluarga Jawa (IKJ) Kukar, Pemuda Panca Marga (PPM) Kukar, dan Arek Malang (Arema) Kukar.
Menurutnya, tiga organisasi tersebut sejak hari pertama terjadinya bencana runtuhnya jembatan, langsung menurunkan perahu karet untuk membantu petugas dalam mengevakuasi para korban.
Pada hari pertama tersebut, paling tidak ada 10 orang yang langsung turut membantu tim penyelamat, sedangkan perahu karet yang dimilikinya baru satu unit, sehingga para relawan belum dapat sekaligus diturunkan ke Sungai Mahakam.
Namun demikian, puluhan relawan lainnya yang tergabung di tiga organisasi itu bertugas secara bergantian, hal ini dilakukan agar semua anak asuhannya bisa siap sedia dalam 24 jam.
Selain tim yang bertugas untuk bantuan penyelamatan dan evakuasi korban, dalam posko itu juga ada 10 orang khusus tukang masak. Ke-10 tukang masak tersebut juga bergantian dalam bertugas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar